Kegiatan Kampus Fiksi tanggal 31 Januari 2016 diawali dengan sesi pemberian materi tentang Keredaksian oleh Mbak Munnal. Selama ini saya hanya mendengar suaranya via telepon, dan teleponnya pun buat tanya nasib naskah saya yang masih antre untuk diterbitkan di DivaPress.
Ya Tuhan, jatuhkanlah nasib sebagaimana takdir novelku. (-̩̩̩-̩̩̩_-̩̩̩-̩̩̩)
Mbak Munnal, Sekretaris DivaPress |
Di sesi ini, Mbak Munnal dengan suaranya yang selembut tofu menjelaskan tata cara pengiriman naskah ke DivaPress. Semua informasi ini bisa diakses di blogdivapress.com
Sesi kedua, diisi dengan materi Marketing oleh Mas Aconk.
Mas Aconk di sesi 'Marketing' |
Beliau menceritakan proses panjang dari pendistribusian buku yang sudah jadi dan siap edar. Ternyata, tidak semudah yang dibayangkan! Buku-buku yang terpajang anggun di rak-rak Gramedia sana, punya kisahnya masing-masing sampai mereka berhasil duduk manis di sana. Mau tau kisahnya kayak gimana? Ikut Kampus Fiksi makanya, nanti dijelasin sejelas-jelasnya sama Mas Aconk. *eeaaakk :v
Sesi selanjutnya yakni evaluasi cerpen oleh mentor. Saya udah panas dingin ngebayangin komentar dari mentor saya, Mbak Ayun. Saya takut tulisan saya dibilang ‘sampah’, dan ngucapinnya pun ala ala Chef Juna. Ïž(`﹏´)Ïž
Sesi Evaluasi Cerpen oleh Mentor |
Tapi kenyataannya, gak sehorror itu. Mbak Ayun itu ayu. Lemah lembut bicaranya, disampaikannya kritik yang membangun, tangan saya yang dingin jadi menghangat kena terpaan kata-katanya. Kamu keren, Mbak.
Di sesi setelah ishoma ada Uda Damhuri Muhammad yang memberi materi tentang Cerpen Koran. Beliau ini redaktur di koran Media Indonesia. Media Indonesia gengs!
Uda Damhuri Muhammad saat memberi materi 'Cerpen Koran' |
Uda Dam cerita banyak soal pengalamannya dalam dunia jurnalistik. Beliau mengaku bahwa waktu yang diperlukan cerpennya untuk menembus koran sampai 10 tahun! Bukan berdarah-darah lagi namanya, tapi bernanah-nanah! Warbyasah perjuangannya!
Beliau menekankan bahwa sebagai penulis, kita perlu memiliki etika yang baik dengan redaktur. Hal serupa juga pernah disinggung Pak Edi sebelumnya. Good attitude itu penting. Jangan memaksa-maksa redaktur untuk segera membaca cerpen kita,apalagi sampai mengancam. Niatan minta diutamakan, eh cerpen kita malah diabaikan nantinya.
Selain itu, Uda Dam mengingatkan untuk tidak terlalu sering mengirim cerpen ke satu koran yang sama. Kenapa? Karena di mata redaktur, tulisan kita tidak matang karena tidak melalui masa pengendapan dulu. Tidak dibaca ulang, kasarnya.
Wah, banyak banget ya ilmu yang didapat. Alhamdulillah.
Perkuliahan di Kampus Fiksi masih terus berlanjut, Kawan. Meskipun saya lupa urutan sesinya bagaimana, saya tetap akan menceritakannya untuk Anda. *ceileh*
Sebelum saya lanjut cerita, pernahkah kalian lihat foto ini?
Ini
Dan ini?
Kalau sudah pernah lihat, berarti kita sama. ( '-')/\('-' )
Saya lihat foto ini di fanpage Meme Comic Indonesia, tagline postingannya waktunya kalau gak salah ‘BUKA JASA EDIT FOTO BARENG OSHI’, dan dalam sekejap foto-foto itu masuk dalam jajaran foto dengan ‘Photoshop tingkat Dewa’
Awalnya, saya pikir orang ini orang pede abis pajang fotonya dimana-mana :v
Daaaaan saya, yang ada di Planet Bekasi ini, tidak mungkin akan bertemu dengan orang yang begitu santer di dunia maya. Apalagi sempat nangkring di timeline MCI. Ibaratnya, menemukan jarum pentul di antara cucian kotor. Susah!
Daaaaan saya, yang ada di Planet Bekasi ini, tidak mungkin akan bertemu dengan orang yang begitu santer di dunia maya. Apalagi sempat nangkring di timeline MCI. Ibaratnya, menemukan jarum pentul di antara cucian kotor. Susah!
Tapi ternyata, semesta mempertemukan saya dengan pria itu! Si editor foto tingkat Dewa!
Pria yang punya 3 cita-cita mulia. (1) saya lupa apa cita-citanya (2) saya lebih lupa apa cita-citanya (3) cita-citanya ini sama dengan saya, dulu. Kalau dia bercita-cita jadi suami yang baik, dulu saya bercita-cita jadi istri yang baik, semasa SMA dulu.
Agus Mulyadi a.k.a GusMul |
Agus Mulyadi, namanya. Singkat cerita, jadi terkenal karena foto-foto editannya. Sempat diundang di berbagai acara TV, tapi serius saya baru tahu kalau editor foto itu adalah Mas Agus! Suerr!
Maklum, saya jarang lihat TV. Apalagi nonton acara Hitam Putih. Saya terlalu sibuk nonton K-Drama, dan anime sampai gak tahu kabar apa-apa selain update k-drama dan anime terbaru yang rilis tiap minggu. (É”'́ ̯'̀c)
Saya lupa-lupa ingat materi apa yang disampaikan beliau. Tapi saya ingat kalau saya selalu tertawa selama sesinya. Selain itu, saya hanya ingat, dulu, kami punya cita-cita yang sama. Jadi suami – istri yang baik. Namun, saya buru-buru menyembunyikan tangan saat Mas Agus tanya ke peserta KF15, “Apa di sini ada yang bercita-cita jadi istri yang baik? Kalau ada nanti kita bicarakan kelanjutan cita-cita kita.”
(‘-’ ) (._. ) ( ._.) ( ‘-’)
Di sesi berikutnya, ada Mbak Rina dengan materi Bimbingan Online.
Ini nih Mbak Rina. She's cool, isn't she? |
Jujur, saya gak tau menau kalau di Kampus Fiksi ada juga yang namanya ‘bimbingan’ ala ala bimbingan skripsi. Yang saya tau selama ini tentang Kampus Fiksi cuma 3 : Jogja, Gratis, Buku.
Seperti slogan Kampus Fiksi, yakni: “Membimbingmu jadi novelis.”
Semua alumni KF bisa mengajukan bimbingan menulis novel. Dan seperti bimbingan skripsi pada umumnya, ada proposal naskah yang diterima dan ada yang ditolak. Alumni yang proposalnya diterima, akan dibimbing langsung via online oleh editor pembimbing selama 4 bulan. Benar-benar persis bimbingan skripsi!
Nah, sekarang kita masuk ke bagian akhir, Kawan.
Acara penutupan Kampus Fiksi diadakan malam harinya. Saya ingat, kalau kuncup-kuncup bunga air sempat bermekaran di mata saya saat Pak Edi memberi kata penutup. Terharu. Dalam 3 hari ini saya mendapat banyak pelajaran, persaudaraan, buku, dan makanan. Menjadi keluarga yang saling mendukung, bukan menjatuhkan. Dimanapun kami berkarya, kami tetap keluarga.
Terimakasih saja rasanya tidak cukup untuk membalas kebaikan dan kemurahan hati Pak Edi. Kalau begitu saya ajuin bimbingan, biar ikut berkontribusi ._.v hehe
Well, Semoga Allah melimpahkan kebaikan dan penjagaan seluas langit dan bumi untuk Pak Edi dan keluarga. Untuk keluarga yang di rumah, keluarga besar DivaPress dan keluarga besar KampusFiksi. Aamiin.
Sukses selalu DivaPress :)
Terimakasih saja rasanya tidak cukup untuk membalas kebaikan dan kemurahan hati Pak Edi. Kalau begitu saya ajuin bimbingan, biar ikut berkontribusi ._.v hehe
Well, Semoga Allah melimpahkan kebaikan dan penjagaan seluas langit dan bumi untuk Pak Edi dan keluarga. Untuk keluarga yang di rumah, keluarga besar DivaPress dan keluarga besar KampusFiksi. Aamiin.
Sukses selalu DivaPress :)
***
Lanjut ke part 4.
Terima kasih sudah membaca (•Ë†⌣ˆ•)
"Mbak Ayun itu ayu. Lemah lembut bicaranya, disampaikannya kritik yang membangun, tangan saya yang dingin jadi menghangat kena terpaan kata-katanya. Kamu keren, Mbak."
ReplyDeleteSETUJUUUUUU ^_^
Yaaay, setuju ^-^ /
ReplyDeleteYaaay, setuju ^-^ /
ReplyDelete