Demi menjalankan prinsip, ‘Mandilah sebelum orang lain mandi’ saya bangun pukul 04.00 WIB pada 30 Januari 2016. Cuma bangun, matikan alarm, terus tidur lagi. Sungkan juga sepagi itu sudah mandi, kelihatan banget kalau saya ngincer urutan pertama mandi.
Jika Choi Taek dalam Reply 1988 berkata bahwa salah satu bagian terbaik dalam hidupnya setelah berpacaran dengan Deok Sun adalah berhenti minum obat tidur. Maka bagian terbaik dalam hidup saya saat mengikuti Kampus Fiksi adalah perbaikan gizi.
Dalam sehari, kami diberi makan 3 kali sehari. Sarapan pagi, makan siang dan makan malam. Tak lupa dengan snack, kopi, gula, teh, Indomie, telur, yang selalu tersedia. Enak betul, bukan? *sungkem sama Pak Edi*
Adalah hal yang mengagumkan bagi saya begitu sadar saat jarum menunjukkan pukul 7 pagi dan semua teman KF15 sudah selesai mandi. Hal ini mematahkan pikiran negatif saya bahwa angkatan saya akan membuat antrean panjang di depan kamar mandi menjelang waktu makan pagi. Congrats Gengs!
Sesi pertama di hari kedua ini dimulai dengan pemberian materi tentang Teknik Kepenulisan oleh Pak Edi. Ini dia Juragan DivaPress, masih muda ya? Oh iya, mohon lihat baik-baik benda dalam lingkaran merah.
Ada yang aneh?
Gak ada sih, saya cuma seneng aja netbook yang dipakai Pak Edi sama kayak netbook saya. :v *gak penting*
Materi yang disampaikan Pak Edi pada sesi ini ada di dalam buku Silabus Menulis Fiksi dan Nonfiksi karangan beliau. Tapi ada satu bagian yang kata Pak Edi, tidak ada di dalam buku. Sontak saya merasa istimewa. Wah kenapa nih?
Karena, cuma peserta Kampus Fiksi yang hadir di sini yang bisa tahu materi ini. *mendadak merasa superior* Lalu kami diminta menuliskannya. Dan saya akan membagikannya padamu, wahai Pembaca Setia blog lovesigen.blogspot.co.id :v
Ada yang aneh?
Gak ada sih, saya cuma seneng aja netbook yang dipakai Pak Edi sama kayak netbook saya. :v *gak penting*
Materi yang disampaikan Pak Edi pada sesi ini ada di dalam buku Silabus Menulis Fiksi dan Nonfiksi karangan beliau. Tapi ada satu bagian yang kata Pak Edi, tidak ada di dalam buku. Sontak saya merasa istimewa. Wah kenapa nih?
Karena, cuma peserta Kampus Fiksi yang hadir di sini yang bisa tahu materi ini. *mendadak merasa superior* Lalu kami diminta menuliskannya. Dan saya akan membagikannya padamu, wahai Pembaca Setia blog lovesigen.blogspot.co.id :v
Bagian yang tidak tertulis di buku itu antara lain:
- Miliki TABUNGAN IDE. Catat setiap ide di satu buku, dan ketika kita butuh ide atau mengalami writer’s block yang ibarat kata kayak musibah. Kita punya dana cadangan yakni tabungan ide.
- Buatlah OUTLINE dan disiplin dengannya. Outline tidak perlu sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
- Pentingnya judul, kalimat dan paragraf pembuka dan ending. Tiga hal ini yang menentukan hidup dan matinya sebuah karya fiksi. Pesan pentingnya; Jangan main-main dengan judul. Buatlah judul semewah mungkin!
- Tips membuat kalimat lincah; jungkir balikkan kaidah SPOK, jangan terjebak pakem.
- Pergunakan snapshot dan frase sebaik mungkin
Ini tidak sama 100% dengan yang Pak Edi sampaikan, tapi kurang lebih intinya begitu ya.
Bicara soal ending, Pak Edi bertutur bahwa ada tiga macam ending cerita yang tidak disukainya, dan ending begini nih yang beterbaran di banyak cerita. Ending malang tersebut antara lain;
- Tokoh utama yang dibikin mati
- Tokoh utama yang dibikin gila
- Happy ending yang happynya keterlaluan.
Menurut beliau, ending di poin (1) dan (2) itu tidak manusiawi. Kasihan tokohnya. Lain halnya dengan poin (3), ini sih gak masuk akal. :v
Selain itu, Pak Edi menyarankan agar kami membuat Me Time khusus untuk menulis setiap hari, entah itu satu jam sebelum tidur. Karena sekali lagi, kembali ke realita. Kita harus bekerja, mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Inget kaan kata Pak Edi, “Jangan jadikan menulis sebagai profesi utama, jika Anda bukan Tere Liye.”
Dan satu lagi, kami disarankan untuk latihan membuat turunan kata bervariasi. Tujuannya untuk mengukur sebanyak apa kosakata yang kita miliki. Misal, dari kata memandang punya turunan > menatap > melihat > melemparkan mata > mengedarkan pandangan > mengalihkan penglihatan dst.
Pokoknya jangan lewatkan seharipun tanpa menulis, walau hanya kata ‘Ah!’
Materi Self Editing disampaikan oleh Mbak Ajjah |
Sesi kedua di hari kedua ini diisi dengan pemberian materi Self Editing oleh Mbak Ajjah dengan slide-slide kocak dan bikin baper abis bacanya. Padahal ini materi penting, lho. Materi self editing ini yang jadi perhatian khusus editor dalam menilai naskah yang masuk. Semisal keutuhan cerita, logika cerita, kalimat, dan tanda baca.
Materi spesial ini bisa kamu dapatkan, kalau kamu ikut Kampus Fiksi. *eeaak
Dan sampailah kita pada sesi Praktik Menulis bersama Mentor. Yaaay °\(°\ˆ▿ˆ) (ˆ▿ˆ/°)/°
Dalam waktu TIGA JAM ke depan kami duduk mantengin laptop, dan kelarin cerpen, lengkap sama twist-nya!
Pantang shutdown sebelum selesai!
Saya memilih pindah ke kamar demi menenangkan diri yang terlanjur larut dalam atmosfer ‘mencekam’ di ruang tengah. Semua indera saya mendadak sensitif. Bunyi tik-tik-tik keyboardlaptop dari teman kiri kanan, terasa menyakiti. Bikin tensi darah saya naik!
Saya harus menyelamatkan diri!
Masuk ke kamar, duduk di pojokan, bersandar ke tembok. Ini posisi paling nyaman buat saya menulis saat itu. Setidaknya saya selesai menulis sebuah cerpen meski hanya 4 halaman.
Wah, menulis bukan perkara mudah ya?
Well, setelah bertarung tadi, kami istirahat total sampai Maghrib. Shalat Maghrib dan Isya dilaksanakan berjama’ah dengan Pak Edi sebagai imamnya. Ketika mendengar tausiyah dari beliau setelah shalat, rasanya kayak lagi nyantren gitu. Khusyuk, tenang, dan lapar.
Sekitar pukul 20.00 WIB kami dibawa ke Malioboro untuk refreshing.
Kalau kamu ke Yogya dan gak sempat ke Malioboro itu sama seperti kamu pergi ke Mekkah tapi gak pergi ke Ka’bah. Kagak afdol!
Di sini kami meluangkan waktu sebaik mungkin dengan belanja oleh-oleh yang murah meriah. Saya hampir menggila lihat dream catcher idaman saya selama ini dijual seharga sepuluh ribu perak! Kyaaaaaaa >.<
Ada juga nih, gantungan kuncinya. Sepuluh ribu dapat gantungan tiga biji! Aww aww aww!!
Terus terus *terengah-engah* pensil wayang yang pakai blangkon itu harganya sepuluh ribu satu pak! *kelojotan*
Tapi tapi tapi, semua harga miring ini tidak didapat dengan mudah. Semua atas pertolongan Tuhan, lewat faktor X dan Y. Xnya adalah waktu berkunjung yang sudah larut malam, dan Ynya adalah teman kami yang piawai tawar menawar plus lancar berbahasa Jawa.
Saya tidak lupa kalau saya bisa tidur nyenyak malam harinya. Lelah karena kerja rodi 3 jam tadi terbayarkan sudah dengan oleh-oleh yang membuat tanggal 30 Januari 2016 terasa manis. Manis sekali.
***
Lanjut ke part 3 di lain waktu (‾⌣‾)♉
Terima kasih sudah membaca
Putri, aku kagum dengan semangat mandimu!!!! Jangab lupa cepetan ditagih novelnya biar kita terbit barengan. Jangan lupa beli novel alumni Kampus Fiksi 15 Ika Vihara berjudul My Bittersweet Marriage dari penerbit PT Elex Media Komputindo di toko buku kesayangan anda.
ReplyDeleteKomennya buneg berujung promo, ternyata. Hidup promo!
DeleteHuaaa, siap laksanakan buneg!!
DeleteHidup promo!! Hidupp!! #PromoEverywhere
ayo mandiiiiiiiiii! ^-^
ReplyDelete