Skip to main content

Khawarij


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian toleransi
     kata toleransi dalam bahasa belanda adalah tolerantie dan kata kerjanya  adalah toleran ,sedangkan dalam bahasa inggris adalah toleration dan kata kerjanya adalah tolerate .adapun dalam bahasa Indonesia ,kepada sesamanya atau menghargai pendapat  dan sikap orang lain.

B.        Latar Belakang Kemunculan Khawarij
        Golongan Khawarij timbul setelah perang Siffin. Perang yang terjadi antara ‘Ali Kw. dan Muawiyah disuatu daerah di Iraq yang bernama Siffin pada tahun 37H/657M. Peperangan ini cukup besar, terbukti dengan banyaknya korban. Dipihak ‘Ali Kw., gugur  ±25.000 orang dan dipihak Muawiyah ± 45.000 orang. Ini merupakan bala yang besar bagi umat Islam dalam abad-abadnya yang pertama.[1]
        Jalannya peperangan menguntungkan pasukan ‘Ali Kw., hampir seluruh pasukan Muawiyah lari kucar-kacir. Akan tetapi mereka menjalankan, yaitu menyerukan “cease fire” (penghentian tembak menembak). Mereka mengikatkan beberapa kitab suci Al Qur’an diujung tombak mereka dan mengacungkan keatas sambil meneriakkan penghentian tembak menebak dan berhukum kepada Al Qur’an.
        Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan dibalik ajakan damai kelompok Muawiyah sehingga ia bermaksud untuk menolak permintaan itu. Namun, karena desakan sebagian pengikutnya terutama ahli qurraseperti Al-Asy’ats bin Qais, Mas’ud bin Fudaki At-Tamimi, dan Zaid bin Husein Ath-Thai, dengan sangat terpaksa Ali memerintahkan Al-Asytar (komandan pasukannya) untuk menghentikan peperangan.[2]
        Namun, sebagian lagi diantara pasukan ‘Ali ada yang tidak suka menerima ajakan tahkim tersebut, karena mereka menganggap bahwa orang yang mau berdamai ketika pertempuran adalah orang yang ragu akan pendiriannya, dalam kebenaran peperangan yang ditegakkan. Hukum Allah sudah nyata, kata mereka. Siapa yang melawan khalifah yang sah harus diperangi. Mereka juga tidak menyukai berhukum kepada Al Qur’an seperti yang diserukan Muawiyah, karena mereka berpaham :
1.      Berhukum kepada Qur’an itu hanya ucapan bibir saja, sedang hakikatnya akan berhukum pada “delegasi” yang berunding.
2.      Menerima penghentian tembak-menembak itu berarti ragu atas kebenaran pendirian.
3.      Orang yang ragu-ragu tidak berhak menjadi imam, kata mereka.
      Kaum ini akhirnya membenci Saidina ‘Ali karena dianggapnya lemah dalam menegakkan kebenaran, sebagaimana mereka membenci Muawiyah yang melawan Khalifah yang sah. Inilah asal usul kaum Khawarij.[3]

C.  PPaham Kaum Khawarij
      Mereka mengadakan semboyan “La hukma illa lillah” (tak ada hukum kecuali dari Allah). Mereka menuntut supaya Saidina ‘Ali mengakui kesalahannya sebab menerima tahkim atau mengakui bahwa ia sudah menjadi kafir. Mereka mengancam, kalau Saidina ‘Ali mau taubat mengakui kesalahan maka mereka menggabungkan diri kepada Saidina ‘Ali dalam melawan Saidina Muawiyah. Tetapi kalau tidak maka Saidina Ali dan Muawiyah akan diperanginya. Inilah garis kaum Khawarij.[4]
      Saidina ‘Ali mendapat kesulitan besar akibat aksi kaum Khawarij ini, kalau Saidina ‘Ali atau golongannya berpidato maka orang-orang Khawarij membuat onar, berteriak-teriak “La hukma illa lillah”. Begitu pula jika golongan Saidina Muawiyah berpidato. Melihat gerakannya itu, Saidina ‘Ali memerangi mereka dan menghabiskan gerakan mereka untuk sementara dalam peperangan Nahrawain pada tahun 659 M. [5]
      Setelah mereka merasa bahwa Saidina ‘Ali tak akan mau meninggalkan pendiriannya, maka mereka semua meninggalkan Saidina ‘Ali. Jumlah mereka sekitar 12.000 orang. Dengan arahan Abdullah al-Kiwa, mereka sampai di Harura. Itulah sebabnya Khawarij disebut juga dengan nama Hururiah. Kemudian mereka mengangkat seorang pimpinan yakni Abdullah bin Wahab ar-Rasyidi.[6]

      Mereka menamakan dirinya kaum Khawarij juga tetapi dengan arti lain, yaitu orang-orang yang keluar pergi perang untuk menegakkan kebenaran. Mereka mengambil dalil dari firman Allah dalam Al Qur’an dalam Surat An-Nisa ayat 100 :




Artinya : “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rejeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasulnya, kemudian kematian menimpanya(sebelum samapi ketempat yang dituju) maka sungguh telah tetap pahalanya disisi Allah, dan adalah Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.”
      Paham Khawarij ini bertambah maju setelah melihat kegagalan Saidina ‘Ali dalam perundingan “tahkim”. Paham Khawarij dianggap benar oleh umum. Kaum Khawarij terkenal sebagai kaum yang keras. Mereka berjuang mati-matian untuk menegakkan pahamnya dan memberikan pengorbanan apa saja sampai jiwanya sekalipun dalam menegakkan pahamnya itu
      Kaum Khawarij kadang-kadang menamakan dirinya “kaum Syurah”, artinya kaum yang mengorbankan dirinya untuk kepentingan keridhaan Allah.[7] Hal ini mereka ambil dari surat Al-Baqarah ayat 207 :


Artinya : “Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya”
      Setelah Saidina Ali terbunuh dan Saidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib menyerahkan kekhalifahan kepada Muawiyah  dan setelah Saidina Hussain bin Ali bin Abi Thalib terbunuh di padang Karabela, kaum Khawarij tidak bertambah mundur, tetapi bertambah kuat melawan kekuasaan Muawiyah. Kemudian mereka menyusun organisasi yang rapi sehingga gerakan mereka memiliki dua cabang :
1.      Bermarkas di Bathaih yang menguasai dan mengontrol Khawarij yang berada di Persia dan bermarkas di Kiraman daerah sekeliling Irak, di bawah pimpinan Nafi bin Azraq dan Qatar bin Faja’ah.
2.      Bermarkas di Arab daratan yang menguasai kaum Khawarij yang berada di Yaman, Hadamarut dan Thaif di bawah pimpinan Abu Thaluf Najdah bin ‘Ami dan Abu Fudaika.
Pemimpin dan tokoh kaum Khawarij lainnya yaitu :
      Urwah bin Udair, Najdah bin Uwaimir, Mustaurid bin Sa’ad, Hautsarah al Asadi, Qurraib bin Marrah, Nafi’I bin Azraq, Najdah bin ‘Amir, Ubaidillah bin Basyir, Zuber bin Ali, Qathari bin Fuja’ah, Abdu Rabbih dan lain-lain.[8]

D.    Doktrin-Doktrin Pokok Kaum Khawarij
1.      Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam,
2.      Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab. Dengan dmikian setiap orang muslim berhak menjadi khalifah apabila sudah memenuhi syarat,
3.      Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syariat Islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh kalau melakukan kezaliman,
4.      Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ketujuh masa kekhalifannya Utsman r.a dianggap telah menyeleweng,
5.      Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi arbitrase(tahkim), ia dianggap telah menyeleweng,
6.      Muawiyah dan Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir,
7.      Pasukan Perang Jamal yang melawan Ali juga kafir,
8.      Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh. Yang sangat anarkis lagi, mereka menganggap bahwa seorang muslim dapat menjadi kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap kafir dengan risiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula,
9.      Setiap muslim harus berhijrah dengan golongan mereka. Bila tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar al-harb (negara musuh), sedang golongan mereka sendiri diangap berada dalam dar al-Islam (Negara Islam),
10.  Seseorang harus menghindar dari pemimpin yang menyeleweng,
11.  Adanya wa’addan wa’id (orang baik yang harus masuk surga sedangkan orang yang jahat harus masuk ke dalam neraka)
12.  Amar ma’ruf nahi munkar
13.  Memalingkan ayat-ayat Al Qur’an yang tampak mutasyabihat,
14.  Qur’an adalah makhluk,
15.  Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.

E. Perkembangan Khawarij
Dalam perkembangannya, kelompok Khawarij mengalami perpecahan. Para pengamat berbeda pendapat tentang jumlah sekte yang terbentuk akibat perpecahan yang terjadi dalam tubuh Khawarij. Al Bagdadi mengatakan bahwa sekte ini telah terpecah menjadi 18 subsekte. Adapun, Al-Asfarayani, seperti dikutip Bagdadi, mengatakan bahwa sekte ini telah pecah menjadi 22 subsekte.[9]
Adapun subsekte Khawarij yang besar terdiri dari delapan macam, yaitu :
a.       Al Muhakkimah               e. Al Ajaridah
b.      Al Azriqah                       f. As-Saalabiyah
c.       An Nadjiyat                     g. Al-Abadiyah
d.      Al Baihasiyah                   h. As-Sufriyah
      Semua subsekte ini membicarakan persoalan hukum bagi orang yang berbuat dosa besar, apakah ia masih dianggap mukmin atau telah menjadi kafir. Sayangnya, pemikiran subsekte ini lebih bersifat praktis dari pada teoritis, sehingga kinerja mukmin atau kafirya seseorang menjadi tidak jelas. Hal ini menyebabkan –dalam kondisi tertentu- seseorang dapat disebut mukmin dan pada waktu yang bersamaan disebut sebagai kafir. Kendatipun demikian, ada sekte Khawarij yang agak lunak, yaitu sekte Nadjiyat dan Ibadiyah. Keduanya membedakan anatar kafir nikmat dan kafir agama. Kafir nikmat hanya melakukan dosa dan tidak berterima kasih kepada Allah. Orang semacam ini, tidak perlu dikucilkan dari masyarakat.
BAB III
PENUTUP

Kelompok Khawarij adalah kelompok yang berlebih - lebihan membenci Saidina Ali kw., bahkan ada diantaranya yang mengkafirkan Saidina Ali. Firqah ini berfatwa bahwa orang - orang yang membuat dosa besar adalah kafir dan wajib dibunuh. Dalam perkembangannya, kelompok ini sebagian besar sudah musnah. Sisa-sisanya terdapat di Zanzibar, Afrika Utara dan Arabia Selatan.













DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Sirajuddin. 2006. I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Jakarta: Pustaka Tarbiyah.
Mulyana, Agus  dkk. 2010. Pendidikan Ahlussunnah Waljamaah dan ke-NUan. Bandung :
          Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdatul Ulama Jawa Barat.
Nasution, Harun. 1985. Teologi Islam : Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta : UI.
         Press.
Nata, Abuddin. 2001. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf. Jakarta :  PT. RajaGrafindo
         Persada.
Rozak , Abdul dan Rosihon Anwar. 2001. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia.






[1]Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, cet. 32. 2006, hlm. 114
[2] Rozak, op. cit., hlm. 50
[3]Abbas, op. cit., hlm. 115
[4] Ibid, hlm. 168.
[5]Agus Mulyana, dkk. Pendidikan Ahlussunnah Waljamaah dan ke-NUan, Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdatul Ulama, Jawa Barat, 2010, hlm. 13
[6]Abbas, op. cit., hlm. 168
[7] Ibid, hlm. 169
[8]Lihat Syarah Nahjul Balagah IV dan halaman 132 sampai 284, dimana diterangkan panjang lebar kisah-kisah para gembong Khawarij ini.
[9] Rozak, op. cit., hlm. 54

Comments

Popular posts from this blog

Aplikasi Berbagai Model Pengembangan Sistem Instruksional

BAB I PENDAHULUAN A.                 LATAR BELAKANG Istilah pengembangan sistem instruksional ( instructional system design ) dan disain instruksional ( instructional design ) sering dianggap sama. “disain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan “mengembangkan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya. Berbagai macam model pengembangan pembelajaran dikembangkan dengan tujuan : 1.       Mudah dikomunikasikan kepada calon pemakai, baik guru maupun para pengelola pendidikan 2.       Memperlihatkan tugas-tugas utama yang harus dikerjakan untuk pengelolaan pembelajaran 3.       Memperlihatkan struktur semacam matrix antara tujuan belajar dan strategi belajar yang dapat dibandingkan anatar asatu dengan yang lainnya. ...

Review Buku Personality Plus karya Florence Littauer

Judul : Personality Plus Penulis : Florence Littauer Buku ini bagus. Kamu akan temukan ke-bagus-an buku ini setelah membaca dengan sabar semua penjabaran di dalamnya. Yang awalnya kamu akan berkata, “Saya orangnya kayak gimana sih?” dan akhirnya kamu bisa berkata, “Ternyata saya orang yang begini!” atau “Wah, ini saya banget!” Kenapa harus sabar? Karena buku ini super membosankan. Kalau dibandingkan dengan bukunya Mbak Monica Anggen yang judulnya “Jangan Kebanyakan Teori Deh!” atau “Yakin Selamanya Mau di Pojokan?” atau buku-buku seri pengembangan diri karya penulis Indonesia, buku ini gak ada apa-apanya. Isinya  full  tulisan, jangan harap ada ilustrasi sebagai pemanis di sini, ya kalaupun ada bagan, menurut saya sama sekali tidak menarik. Sebagai perbandingan, coba perhatikan dua foto di bawah ini ya.  Penampakan ilustrasi di buku YSMP-nya Monica Anggen Penampakan bagian dalam PP-nya Florence Littauer Mungkin karena ini buku...

Pengalaman Ikut Kampus Fiksi DivaPress (Part 2)

Demi menjalankan prinsip, ‘Mandilah sebelum orang lain mandi’ saya bangun pukul 04.00 WIB pada 30 Januari 2016. Cuma bangun, matikan alarm, terus tidur lagi. Sungkan juga sepagi itu sudah mandi, kelihatan banget kalau saya ngincer urutan pertama mandi. Jika Choi Taek dalam Reply 1988 berkata bahwa salah satu bagian terbaik dalam hidupnya setelah berpacaran dengan Deok Sun adalah berhenti minum obat tidur. Maka bagian terbaik dalam hidup saya saat mengikuti Kampus Fiksi adalah perbaikan gizi. Dalam sehari, kami diberi makan 3 kali sehari. Sarapan pagi, makan siang dan makan malam. Tak lupa dengan snack , kopi, gula, teh, Indomie, telur, yang selalu tersedia. Enak betul, bukan? *sungkem sama Pak Edi* Adalah hal yang mengagumkan bagi saya begitu sadar saat jarum menunjukkan pukul 7 pagi dan semua teman KF15 sudah selesai mandi. Hal ini mematahkan pikiran negatif saya bahwa angkatan saya akan membuat antrean panjang di depan kamar mandi menjelang waktu makan pagi. Congrats Gengs! Sesi per...